Mengefiensikan Waktu

Terlebih dahulu kita pahami efisiensi yaitu ketepatan (cara) dalam menjalankan suatu kegiatan atau kamampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat.

Adapun arti dari waktu itu sendiri yaitu batas; Proses kelanjutan antara awal dan akhir. Sedangkan yang disebut mengefisiensikan waktu adalah upaya mengatur waktu atau menggunakan dengan baik dan tepat agar semua pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan yang kita harapkan.

Teman-teman, ada dua alasan mendasar mengapa waktu bagitu penting bagi kehidupan manusia. (1) waktu adalah kesempatan yang tidak mungkin dapat kembali lagi. (2) Kegiatan kita biasanya lebih banyak dari pada waktu yang tersedia, kita harus dapat mengolah dan memamfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Waktu itu lebih tajam dari tajamnya pedang barang siapa yang bisa menggunakan waktunya dengan benar maka ia akan mendapatkan tujuan yang ia organisir dan barang siapa yang teledor dan main-main dengan waktu (tidak bisa menggunakan waktu dengan baik) maka ia akan teluka pada hidupnya karena kegagalan akan bersamanya.

Karakteristik waktu secara umum adalah:
Kecepatan waktu selalu konstan (tetap) yaitu satu hari terdiri 24 jam, satu jam 60 menit, dan satu menit terdiri 60 detik, dimanapun berada perhitungannya akan selalu sama.
Waktu terus berlalu dan maju, jika waktu lalu ada renteten kejadian yang menyertainya maka, sekarang hanya sabagai kenangan. Tak mungkin waktu lampau akan kembali, bagitu juga waktu yang akan datang menjadi waktu kini.
Waktu yang akan datang hanya rentetan harapan yang kita rencanakan di waktu kini.
Waktu terus berlalu dan maju, hidup kita pun harus terus berjalan dan maju.

Tujuh prinsip kreatif membagi waktu menurut DR. Jan Yager dalam artikel Moh Yasin. Disingkat menjadi
DO IT NOW.
D:Divide (bagi-bagilah tugas).
O:Organize (atur bagaimana melaksanakannya).
I:Ignore (abaikan gangguan).
T:Take (ambil kesempatan).
N:Now (sekarang harus dijalankan).
O:Opportunity (gunakan kesempatan).
W:Witch/allert with time (waspada dengan waktu).

Jika kita bisa dan membiasakan menggunakan waktu dengan benar maka sebenarnya kita telah menyusun dan mempersiapkan kesuksesan pada masa yang akan dating. Apa yang kita rasakan/alami pada saat ini adalah dampak pada pekerjaan yang lalu, dan nasib kita diwaktu yang akan datang itu ditentukan dari apa yang telah kita kerjakan pada saat ini.

Dalam hadits nabi telah sisinggung tentang waktu:
“Manfaatkan lima hal sebelum datang lima hal yang lain, 1) Muda sebelum Tua, 2) Sehat sebelum Sakit, 3) Kaya sebelum Miskin, 4) Waktu luang sebelum Sibuk, 5) Hidup sebelum Mati”.

Sudah lebih jelas bahwa mengatur waktu itu sangatlah penting agar kita bisa mendaptkan kebahagiaan dan ketenangan pada waktu yang akan datang.

Tips-tips tentang mengefisiensikan waktu:
1.Mangatur jadwal kerja,
2.Disiplin dengan jadwal kerja tersebut,
3.Memotivasi diri untuk selalu bersemangat dalam menjalankan segala sesuatu,
4.Walaupun dikejar target, namun isi otak harus tetap relaks,
5.Tetap tenang dan fokus agar dapat selalu terarah pada target yang akan kita capai,
6.Berusaha sebaik mungkin dan jangan menyerah sebelum selesai.

Dalam dalam artikel Moh Yasin Tips-tips membagi waktu yang tepat dari george Mason University yaitu sebagai berikut:

Perhatikan jadwal harian.
Ada beragam jadwal waktu yang sesuai dengan kepribadian kita. Bagitu kita memutuskan satu gaya tertentu, langkah berikut membentuknya. Yang paling baik sisakan sedikit waktu untuk istirahat.

Jangan menjada perfeksionis.
Berusahalah menjadi orang yang sempurna yang siap menghadapi kekalahan, tidak ada orang yang sempurna. Kita butuh tujuan yang dapat dicapai dengan kemampuan yang ada. Tugas-tugas sulit biasanya berahir dengan penolakan dan penundaan.

Belajarlah berkata tidak.
Misalnya, teman dekat, do’i mengajak jalan-jalan, nonton dan lain-lain. Tapi sebenarnya kita tidak tertarik atau kita punyak tugas yang lebih penting, maka katakanlah “tidak” dengan kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan.

Belajar menentukan preoritas.
Sangat penting melakukan prioritas pada tanggungjawab dan kesempatan yang telah dicapai. Orang yang tidak tahu bagaimana melakukan prioritas bakal menjadi orang yang gemar menunda-nunda pekerjaan.

Gabungkan sejumlah aktivitas.
Bila memungkinkan, gabungkan sejumlah aktivitas dalam satu waktu.

Adaptasi diri.
Setelah penjadwalan sukses dilakukan, maka kita tinggal berusaha keras beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam aktivitas yang telah dilakukan (membiasakan)..

»»  Baca Selengkapnya...

Pengorbanan dalam cinta


Pengorbanan dalam cinta

Salah satu tujuan hidup manusia adalah Agar mendapatkan segala sesuatu yang ia inginkan untuk mendapatkan kepuasan dalam hidupnya, bahkan tidak menutup kemungkinan semuanya dikorbankan demi mencapai suatu tujuan termasuk juga dalam hal-hal yang berkaitan dengan cinta.


Sering kita jumpai kepuasan sesaat menjadi penyebab hancurnya masa depan, hanya karena casing bagus dan rayuan gombal yang tak bertanggung jawab terkadang seseorang tidak mampu memfilternya maka ia aka terlena dan takluk dipangkuannya sehingga pada waktu kemudian ia akan merasakan kesediahan, kekecewaan, serta penyesalan yang akan selalu menyelimuti dan mengganggu dalam ketenagan hidupnya.

Bahkan demi membahagiakan pasangan sampai membolehkan dari apa yang terlarang, mengingkari apa yang telah disepakati, hanya ingin membahagiakan sang pujaan hati, tanpa berfikir panjang bahwa sang pujaan hati apa juga mau memperhatikan dan berkorban demi kita, jika demikian maka kita sudah dipastikan telah menggali lubang sendiri dan menciptakan pada penderitaan. Dari sinilah kita sering mendapatkan kegagalan untuk menempuh tujua hidup bahagia yang sebenarnya.

Dan mengapa selalu beranggapan bahwa yang dipuja-puja itu adalah satu-satunya manusia yang perfect, dan hanya dia yang bisa mengisi, menghiasi, menghibur, peyemangat dalam hidup kita. Mungkin pada waktu masih bersama kita beranggapan demikian, namun ketika sudah ditinggal pergi olehnya baru beranggapan dan menyamakan bahwa semua laki-laki atau perempuan itu sama (sama-sama penghianat, pengecut).

Jika dibandingkan besarnya kesetiaan, cinta, kasih sayang yang didapat dari seorang pasangan dengan besarnya pengorbanan yang dikorbankan sangat tidak sesuai, pengorbanan fisik, waktu, bahkan kehormatan sudah tersalurkan untuknya, namun yang kita dapat bukanlah kebahagiaan tetapi kekecewaan dan pederitaan.
Jika kita bisa berkorban untuk pasangan, mengapa tidak bisa berkorban untuk Tuhannya, melakukan amalan yang bermanfaat, beribadah, belajar, meninggalkan amalan-amalan yang dilarang-Nya dan sebagainya.

Berkorban untuk pasangan tidak selalu berujung kebahagiaan, bisa saja berujung penderitaan, berkorban untuk Tuhan pasti akan berujung kebahagiaan…
»»  Baca Selengkapnya...

Belajar dan pembelajaran

Belajar sangat penting bagi kehidupan manusia, belajar merupakan kebutuhan hidup untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat dan merupakan tuntutan mengahadapi kemajuan zaman. Tanpa belajar hidup ini tidak ada artinya.

1)Arti dari belajar itu sendiri menurut Prof. DR. Winarno Surakhmad antar lain:
Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia, di mana ada syaraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulakan apa yang dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga, dan lain-lain.
Belajar itu selalu merupakan satu proses dalam diri manusia yan selalu melibatkan segi jasmani maupun rohani dan melahirkan perubahan sebagai hasil dari proses itu.


2)Berikut ini beberapa alasan kita harus belajar:
Belajar merupakan suatu kewajiban.
Jadi, belajar itu suatu kewajiban untuk bisa hidup, selanjutnya kita belajar lebih sistematis untuk memilih hidup yang kita inginkan
Ilmu sangat menarik.
Bagitu luas ilmu yang dapat kita gali, bagitu banyak yang tidak kita ketahui pantaslah Allah berfirman “Jika seandainya semua batang kayu yang ada di muka bumi ini dijadikan pena dan seluruh air di lautan di jadikan tinta; maka semua itu akan habis sebelum ilmu Allah habis di tulis- Meskipun di tambah lagi (pena dan tinta)dengan sejumlah itu”. Jadi, betapa menariknya ilmu-ilmu Allah yang belum kita ketahui sehingga kita perlu belajar lebih mendalam untuk menemukan ilmu-ilmu yang belum kita ketahui.
Jika pendidikan rakyat tinggi maka rakyat maju.
Seperti Negara-negara maju yang memegang kekuasaan dunia khususnya dibidang teknologi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korsel, dan lain-lain. Mereka itu bermodalkan pendidikan yang tinggi hal ini dapat di nilai dari banyaknya professor handal yang bisa menciptakan karya-karyanya.
Jika pendidikan tinggi maka pendapatan tinggi.
Jadi, pendidikan sangat menentukan penghasilan untuk hidup. Dapat kita contohkan seorang direktur Bank tentu penghasilannya lebih banyak dari pada seorang kuli batu.
Jika pendidikan tinggi maka kelas sosial tinggi.
Coba kita perhatikan di sekitar kita bahwasanya seseorang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi maka akan disegani oleh masyarakat.

3)Dalam belajar kita seharusnya memahami tata cara belajar yang baik, secara umum antara lain:
Melakukan perencanaan.
Dalam perencanaan ini kita menentukan target belajar, menentukan waktu yang efektif, membut jadwal, dan lain-lain.
Menerima pelajaran di manapun.
Belajar tidak hanya di kelas, dimanapun kita ada sebenarnya banyak hal-hal yang mengandung pelajaran yang bisa kita pelajari.
Mengerti bukan menghafal.
Mengahafal memang masih merupakan bagian penting dalam belajar, namun salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah bahwa siswa selulu menghafal tanpa ia mengerti apa yang dihafalnya.

»»  Baca Selengkapnya...

Kau biarkan Tuhan mati dalam hidupmu

Dibalik paras cantik wajahmu kau biarkan Tuhan mati

Disetiap keheningan malam tiada lagi kudengar suara dzikirmu

Kecuali dimalam itu hanyalah suara tangisan rindumu atas dosa

Namun penyesalan menyelimuti disetiap gerak-gerikmu

Yang membuatmu bingung akan datangnya bayi tanpa seorang ayah..

Shabatku, mengapa kau biarkan Tuhan mati dalam hatimu??

Sehingga kau biarkan pula kumbang menyentuh tubuhmu dengan sentuhan dosa..

Lalu kau juga biarkan kumbang mengambil manis madumu

hingga kau tak lagi seorang gadis suci


Sungguh-sungguh Tuhan telah mati dalam hatimu..

Tiada lagi rasa malu pada-Nya dan pada rerumputan yang menontonmu

Dilorong-lorong kelabu tanpa kalimat istighfar

Mengapa kau tidak bisa sebut nama Tuhanmu pada setiap langkahmu..??

»»  Baca Selengkapnya...

Teori-Teori Belajar

Menurut Akhmad Sudrajat, M.Pd. Dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) Teori Behaviorisme; (B) Teori belajar Kognitif menurut Piaget; (C) Teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (D) Teori belajar Gestalt.

A.Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
 Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
 Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
 Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2.Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
 Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
 Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3.Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
o.Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
o.Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
 Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

C.Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

D.Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
 Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
 Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
 Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
 Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
 Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
 Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1.Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.

2.Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

3.Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.

4.Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
 Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
 Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
 Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
 Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
 Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

»»  Baca Selengkapnya...

Postingan Populer

 
 
 
Blue Wings - Handwriting
 
Copyright © GAPURA NEWS